Peran Museum Benteng Heritage dan Hasil Peran Museum Benteng Heritage Terhadap Pelestarian Peninggalan Material Cina Benteng Di Tangerang Terbentuk Museum Benteng Heritage Bangunan yang sekarang menjadi Museum Benteng Heritage diasumsikan sebuah gedung yang dibangun pada abad ke 17. Sebelumnya bangunan ini berfungsi sebagai rumah tinggal, dengan pemiliknya, yaitu keluarga Loa. Yang diwariskan secara turun-temurun pada 8 keturunan keluarganya. Bapak Udaya Halim sebagai pendiri Museum, adalah warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Pasar Lama. Dulu, Ia tinggal di rumah yang terletak diseberang sebelah kanan dari Museum Benteng Heritage. Sejak masa kecil Ia sudah mengetahui kondisi lingkungan Pasar Lama dan bangunan rumah sekitarnya. Pada tahun 1997, ia bersama keluarganya migrasi ke Australia, dan tinggal di sana sampai saat ini. Pada tahun 2004, beliau kembali ke Indonesia. Disaat ingin menunjukan lingkungan semasa kecil kepada anaknya, ternyata daerah Pasar Lama sudah banyak mengalami perubahan. Di daerah sekitar bangunan yang sekarang telah menjadi Museum sekarang sudah menjadi bangunan beton/ruko. Bangunan di sebelah kanan Museum tadinya bioskop pertama di Tangerang, dengan nama Cin Siang. Sekarang bioskop itu sudah tak ada dan menjadi jalanan pintu samping dari kantor klenteng Boen Tek Bio, Pasar lama. Keinginan untuk menyelamatkan bangunan tua berciri khas bangunan Tionghoa ini terlaksana pada tahun 2009. Berawal dari perbicangan dengan pemilik, tentang apa yang akan dilakukan dengan rumah itu. Akhirnya pemilik rumah setuju untuk menjualnya kepada Bapak Udaya. Setelah memilikinya, Pak Udaya sudah tahu apa yang akan dilakukannya atas rumah tersebut dan berniat untuk membangun museum. Pada awalnya bapak Udaya Halim hanya berkeinginan untuk menjadikan bangunan ini sebagai salah satu sarana pendidikan. Bapak Udaya berharap nantinya masyarakat akan bisa menyaksikan benda-benda yang disimpan dan dipelihara di sana. Dengan demikian, bangunan tersebut memiliki tujuan tersendiri yakni pelestarian. Museum Benteng Heritage adalah wujud hasil dari motivasi Bapak Udaya Halim sendiri. Selain Beliau berprofesi sebagai guru, ia juga senang belajar sejarah dan mempelajari masa lalu, khususnya tentang Cina Benteng. Karena itulah beliau merasa mempunyai tanggung jawab moril untuk mengajarkan sejarah. Menurut beliau, sejarah adalah cara serta alat untuk kita bisa belajar tentang masa lalu. Semua hal tersebut tergabung menjadi satu, sehingga Beliau terinspirasi sebagai masyarakat Tionghoa ia merasa memiliki kewajiban bagaimana caranya untuk menunjukkan kepada negara dan bangsa Indonesia, bahwa masyarakat Tionghoa juga berperan dalam membangun Indonesia dan karenanya mereka harus diperlakukan sama seperti sepaerti masyarakat Indonesia lainnya. Sebaliknya , keturunan generasi penerus atau generasi muda masyarakat Tionghoa juga tidak memperlakukan hal-hal yang diskriminatif terhadap kelompok lain di negeri ini. Menurut Bapak Udaya Halim, Museum Benteng Heritage juga merupakan gedung yang dibangun oleh dan peninggalan masyarakat Tionghoa Tangerang. Kemudian, khususnya tentang Tangerang, masyarakat Tionghoa menyumbangkan andil besar dalam pembangunannya dan Tangerang adalah salah satu kota tua tempat tinggal masyarakat Tionghoa. Barang-barang yang ada di Museum tidak sengaja dibeli karena Bapak Udaya sudah menyenangi sejarah, heritage dan budaya. Jadi beberapa barang memang sudah ada dan beberapa barang juga secara kebetulan disumbangkan oleh masyarakat sekitar.
Perkembangan Museum benteng heritage
Benteng Heritage diresmikan pada tanggal 11 November 2011, setelah menjalani proses
restorasi selama kurang lebih 2 tahun. Masyarakat mempercayai bahwa museum tersebut, dapat
menyimpan serta melestarikan nilai budaya dan Museum sejarah yang terdapat setiap benda yang
ada di dalamnya. Selanjutnya, museum ini juga menarik baik para turis local maupun internasional
untuk datang berkunjung melihat dan mengenal kota Cina Benteng. Museum Benteng Heritage
sudah menjadi tempat untuk pengenalan sejarah dan budaya Cina Benteng.
Bapak Oey Tjin Eng, Humas perkumpulan keagamaan dan sosial Boen Tek Bio mengatakan,
Bapak Udaya Halim merestorasi rumah keturunan Peranakan Tionghoa tanpa mengubah
bentuknya sehingga tetap seperti asalnya. Dan di dalamnya tersimpan benda-benda yang memiliki
6
v
nilai budaya tinggi. Bangunan yang harus di lestarikan karena merupakan salah satu bangunan tua
sehingga menjadi cagar budaya.
Kemudian, berdasarkan Teori He Zheng Jun hasil dari penelitian ini dikonstruksikan sebagai
berikut yaitu koleksi peninggalan Museum Benteng Heritage telah berhasil mengumpulkan dukungan
dari berbagai masyarakat setempat khususnya masyarakat Cina Benteng dimana orang tertarik untuk
melestarikan peninggalan peninggalan material yang ada. Hal ini dilihat bahwa 76% pengunjung
Museum Benteng Heritage sangat setuju barang-barang material Cina Benteng harus terus di
lestarikan.
Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang peran Museum Benteng Heritage terhadap
pelestarian peninggalan material Cina Benteng, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Museum Benteng
Heritage merupakan bangunan hasil restorasi pertama yang memperkenalkan budaya dan sejarah Cina
Benteng kepada masyarakat luas. Kemudian, telah mengenalkan juga sejarah dan budaya Cina
Benteng dengan menyimpan banyaknya barang pemberian dari masyarakat sekitar yang masih asli.
Melalui tinjauan berdasarkan teori Danisworo, Museum Benteng Heritage adalah hasil dari
konservasi yang merupakan upaya melestarikan suatu tempat yang memiliki makna, agar makna dari
tempat itu dapat dipertahankan serta suatu proses daur ulang dari sumber daya suatu lingkungan
binaan yang dilestarikan (teori Eko Budihardjo). Penulis menganalisa peran Museum terhadap
pelestarian peninggalan material adalah mengoleksi, memperlihatkan, pendidikan, reaksi (apresiasi),
dan harmonis (teori Museum), pelestarian peninggalan material hendaklah disertai juga dengan
bertambahnya kesadaran masyarakat bahwa pentingnya ikut berpartisipasi dalam melestarikan
peninggalan Cina Benteng.
Peran Museum Benteng Heritage terhadap pelestarian peninggalan material membuat penulis
bahwa mempertahankan suatu bukti peninggalan sejarah ini tidaklah mudah. Agar keturunan kita
nantinya dapat mengenal dan mengetahui tentang sejarah serta dapat belajar dari kesalahan generasi
terdahulu. Pelestarian serta pemeliharaan Museum Benteng Heritage terus dilakukan oleh Bapak
Udaya Halim dengan mendidik para penerus agar Museum tetap memiliki peran menjadi cagar
budaya bagi masyarakat Cina Benteng, untuk mengingatkan eksistensi sebagai masyarakat Tionghoa
Perananakan yang khas dari wilayah Tangerang.
sumber :
Gondomono. (2013). Manusia dan Kebudayaan Han. Jakarta: Penerbit Kompas.
Halim,Udaya. (2011). Benteng Heritage The Pearl of Tangerang. Tangerang: Museum Benteng
Heritage.
Halim,Wahidin. (2007). Ziarah Budaya Tangerang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kaplan, D., & Robert. (2002). The Theory of Culture. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kurnia, Lasti. 6 April, (2014). Politik dagang kecap: selalu nomor satu! Kompas, halaman. 10
Komentar
Posting Komentar